Jumat, 26 Maret 2010

osteoporosis

Osteoporosis
(Oleh dr. H. H. Mohamad Sp.A)

Secara harfiah, kata osteo berarti tulang dan kata porosis berarti berlubang. Istilah populernya adalah tulang keropos. Zat kapur, kalk atau kalsium adalah mineral terbanyak dalam tubuh, kurang lebih 98% kalsium dalam tubuh terdapat dalam tulang. Penempatan kalsium kedalam jaringan tulang disebut mineralisasi dan pengambilan kalsium dari jaringan tulang disebut demineralisasi. Proses mineralisasi dan deminerlisasi berlangsung seumur hidup. Osteoporosis terjadi kalau proses deminerlisasi melebihi mineralisasi. Pencegahan dan pengobatan osteoporosis ditujukan keusaha untuk menyeimbangkan proses demineralisasi dan mineralisasi.

Meskipun kalsium diluar tulang hanya kurang lebih 2% dari kalsium dalam tubuh, perannya sangat vital, terutama untuk kegiatan enzim, hormon, saraf, otot dan pembekuan darah. Kalsium yang beredar dalam darah menjadi patokan keseimbangan kadar kalsium diseluruh tubuh. Keseimbangan dan kestabilan kadar kalsium darah terutama ditentukan oleh hormon paratiroid (parathyroid). Kalau kadar kalsium dalam darah normal, maka proses mineralisasi dan demineralisasi berlangsung seimbang.
Vitamin D

Kulit menghasilkan 7-dehidrokholesterol yang dapat dirubah oleh sinar ultraviolet menjadi vitamin D, disebut juga Kholekalsiferol atau vitamin D3. Sumber vitamin D3 adalah ikan laut, hati dan merah telur. Susu, mentega dan keju biasanya diperkaya vitamin D2 (ergokalsiferol) yang berasal dari ragi. Vitamin D3 dan D2 dalam hati dirubah menjadi kalsifediol yaitu bentuk vitamin D yang terbanyak beredar dalam darah.
Kalau kadar kalsium darah turun atau berkurang sedikit, hormon paratiroid akan bertambah sedikit dan merubah kalsifediol menjadi kalsitriol yang menyebabkan peningkatan penyerapan kalsium dari usus serta menyerap kembali kalsium dari ginjal sehingga masih dapat menormalkan kadar kalsium dalam darah. Tetapi bila makanan kurang mengandung kalsium, vitamin D atau protein maka peningkatan penyerapan kalsium dari usus dan ginjal tidak dapat menormalkan kadar kalsium darah sehingga menyebabkan penambahan lagi hormon paratiroid dan kalsitriol yang berakibat demineralisasi. Bila hal ini berlangsung terus dan cukup lama (bertahun-tahun) maka akan terjadi osteoporosis.
Vitamin D larut dalam minyak tetapi tidak larut dalam air sehingga kelebihan vitamin D tidak dapat segera dikeluarkan dari tubuh, berakibat penumpukan vitamin D. Kelebihan vitamin D menyebabkan produksi kalsitriol meningkat berakibat penyerapan kalsium dari usus dan tulang (demineralisasi) sehingga terjadi osteoporosis. Akibat kadar kalsium darah yang tinggi dapat terjadi pembentukan batu ginjal.

Kelebihan vitamin D jarang terjadi, biasanya akibat konsumsi suplemen vitamin D bersama vitamin A yang berlebihan. Kebutuhan vitamin D sehari adalah 400 i.u. dan tidak boleh melebihi 2000 i.u.. Satu liter susu sapi murni hanya mengandung 4 - 40 i.u. vitamin D3, satu butir merah telur mengandung 150-400 i.u. vitamin D3 dan susu bubuk biasanya diperkaya vitamin D2 sebanyak 400 i.u./liter. Suplemen vitamin D dibutuhkan kalau seseorang kurang kena sinar matahari.

Kalsium
Rekomendasi kebutuhan sehari (Recommended Daily Allowances atau RDA) kalsium untuk orang dewasa Amerika Serikat tahun 1989 hanya 800 mg, sedangkan sekarang adalah 1000-1200 mg. RDA tertinggi adalah untuk golongan umur antara 11 dan 18 tahun yaitu 1300 mg. Golongan umur ini membutuhkan banyak kalsium untuk pertumbuhan tulang. Selain itu, mineralisasi mencapai maksimum antara umur 10-35 tahun. Justru pada golongan umur inilah kaum wanita mempermasalahkan berat badan dan kelangsingan tubuhnya sehingga mineralisasi tulang tidak mencapai maksimal. Kalau mineralisasi tulang menjelang menopause sudah terganggu, resiko untuk menderita osteoporosis makin besar. Jadi kebutuhan kalsium, vitamin D dan protein seharusnya mendapat perhatian khusus sebelum masa menopause, sudah terlambat bila baru ditangani pada masa menopause.

Hasil survei oleh Continuing Survey of Food Intakes by Individuals (CSFII) US Departement of Agriculture pada tahun 1994-1996, ketika RDA masih 800 mg, menyimpulkan bahwa lebih dari 70 % orang dewasa laki-laki maupun wanita di Amerika Serikat, kurang menkonsumsi kalsium, terutama anak-anak dan wanita dewasa golongan berpenghasilan rendah.
Susu sapi adalah sumber kalsium alami yang terbaik karena selain kandungan kalsiumnya tinggi juga paling mudah diserap usus dan paling mudah diterima anak-anak. Susu sapi dan produk susu terutama keju juga mengandung vitamin D dan protein yang memadai, tiap ml susu sapi mengandung kalsium sampai 120 mg. Selain mengandung sedikit kalsium, sayuran juga mengandung pengikat kalsium (asam oksalat) dan asam tumbuhan (phytic acid) yang menyulitkan penyerapan kalsium. Usus hanya dapat menyerap 1/8 kalsium dari bayam.
Protein

Baru tahun 1998 dan 2000, J.E. Kerstettter dkk membuktikan secara langsung dan terperinci bahwa konsumsi protein kurang dari 0,9 gr tiap kg berat badan sehari akan mengurangi penyerapan kalsium dari usus sehingga merangsang kenaikan hormon paratiroid dan kalsitriol yang mengakibatkan demineralisasi tulang (osteoporosis). Dalam ulasannya (tahun 2003) disimpulkan bahwa simpang-siurnya hasil penelitian sebelumnya terutama disebabkan oleh variabel antara penyerapan kalsium dari usus dan ginjal pada tiap individu sangat berbeda.
Konsumsi protein 1-1,5 gr untuk tiap kilogram berat badan sehari dapat menjaga keseimbangan metabolisme dan kadar kalsium dalam darah sehingga terjadi keseimbangan antara mineralisasi dan demineralisasi tulang. Diet yang mengandung protein yang lebih tinggi selain menigkatkan penyerapan kalsium dari usus, juga akan mengeluarkan kelebihan kalsium tersebut dari ginjal (urine).

Estrogen
Estrogen menurunkan efek demineralisasi hormon paratiroid, jadi mencegah osteoporosis. Adanya reseptor estrogen dalam tulang membuktikan bahwa estrogen mempunyai efek langsung dalam hal mineralisasi tulang. Turunnya produksi estrogen menjelang dan memasuki masa menopause mengakibatkan terjadinya demineralisasi tulang (osteoporosis). Ini dapat dicegah jika diobati dengan estrogen. Beberapa tahun yang lalu, pengobatan dengan estrogen tidak disukai karena dikhawatirkan akan meningkatkan resiko terjadinya kanker endometrium rahim dan kanker payudara serta perdarahan menstrual. Sekarang ada obat pengganti estrogen tanpa efek samping estrogen. Meskipun tidak seefektif estrogen, obat ini dapat mencegah osteoporosis.

Kesimpulan
Bila tidak ada penyakit hati dan ginjal, osteoporosis dapat dicegah dengan jalan mengkonsumsi cukup kalsium, vitamin D dan protein terutama antara umur 10-35 tahun dimana mineralisasi tulang mencapai maksimum dan menjelang menopause. Olah raga dapat meningkatkan mineralisasi tulang. Saat menopause, pemakaian obat pengganti estrogen perlu sekali dipertimbangkan. Di Amerika Serikat hampir 30 juta orang menderita osteoporosis dan dianggap hampir mendekati jumlah penderita suatu wabah. Wanita 4X lipat lebih banyak menderita osteoporosis dibandingkan laki-laki. Ini menunjukan perlunya penanganan yang lebih serius dan memberikan informasi lebih jelas dan merata kepada masyarakat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar