Jumat, 26 Maret 2010

Pahitnya Gula

Pahitnya Gula
(Oleh dr. H. H. Mohamad Sp.A)

Gula (Gula dari tebu, sukrosa) mengandung glukosa dan fruktosa dengan perbandingan yang sama besar. Setelah sukrosa dicerna di usus, glukosa dan fruktosa sekaligus, langsung masuk pembuluh darah dan langsung masuk ke hati. Apalagi lagi bila sukrosa yang dikonsumsi jumlahnya banyak akan menimbulkan gelombang (influx) atau banjir glukosa dan fruktosa.

Beras putih (nasi) mengandung kira-kira 30 % gula, itu pun 80 % diantaranya terikat serat makanan dan sisanya terdiri dari silosa (xylosa), arabinosa, galaktosa dan lain-lain. Tepung terigu putih dan roti tawar putih mengandung glukosa yang hampir sama dengan nasi. Setelah dicerna di usus, nasi dan roti tawar putih masih memerlukan proses yang lebih rumit dan panjang untuk masuk kedalam pembuluh darah, sehingga glukosa masuk kedalam pembuluh darah secara bertahap.

Dalam keadaan glukosa dan fruktosa yang tidak berlebihan, glukosa dibakar melalui jalur yang umum menjadi tenaga, disimpan menjadi glikogen dan sisa pembakaran glukosa dirubah menjadi asam lemak. Pembakaran fruktosa harus melalui jalur pembakaran glukosa.
Dalam keadaan glukosa dan fruktosa yang berlebihan, fruktosa tidak dapat masuk jalur pembakaran glukosa sehingga menempuh jalan pintas (by pass) menjadi gliserol-3-fosfat.

Demikian juga dengan glukosa, jika berlebihan dapat dirubah menjadi gliserol-3-fosfat.
Gliserol-3-fosfat adalah tulang punggung dari lemak, karena dapat mengikat 3 asam lemak, membentuk trigliserida. Apalagi jika makanan juga mengandung banyak lemak seperti es krim dan kue-kue seperti kue lapis dan tart (taart). Trigliserida ada yang bebas beredar dalam darah dan ada yang disimpan dalam jaringan lemak. MK Hellerstein (2002) serta SK Fried dan SP Rao (2003) menyimpulkan bahwa “influx” gliserol-3-fosfat akibat konsumsi sukrosa yang banyak, menarik asam lemak terutama dari jaringan lemak kedalam hati untuk membentuk trigliserida.

Di hati, trigliserida bersama kolesterol dan beberapa jenis protein yang bernama apoprotein membentuk lipoprotein jenis VLDL (Very Low Density Lipoprotein). HDL (High Density Lipoprotein) sebagian besar dibentuk dihati dan sebagian kecil di usus mempunyai tugas utama untuk mengangkut dan membersihkan kelebihan kolesterol dengan tujuan utama mengeluarkannya melalui empedu.
Setelah keluar dari hati dan masuk ke pembuluh darah, sebagian trigliserida dikeluarkan dari VLDL oleh enzim lipoprotein lipase menjadi LDL (Low Density Lipoprotein) sehingga menyebabkan peningkatan kadar LDL dalam darah. LDL terdiri dari kolesterol dan apo-liporotein B.

Kolesterol untuk pembentukan VLDL berasal dari hati dan HDL dalam darah (R.H.Glew, 2001) sehingga kadar HDL dalam darah berkurang.
Trigliserida

Peningkatan kadar trigliserida dapat menyebabkan penyakit jantung dan pembuluh darah (kardiovaskuler) jika ada penurunan kadar HDL darah dan peningkatan kadar LDL darah. Peningkatan trigliserida sampai 800 mg/dl dapat menyebabkan terjadinya penyakit pankreatitis akut (radang kelenjar pankreas).

LDL
Peningkatan kadar LDL menyebabkan terjadinya deposit (endapan) kolesterol pada dinding pembuluh darah sehingga pembuluh darah menjadi lebih sempit & kaku, disebut ateroskleosis. Jika ateroskleosis terjadi pada pembuluh darah jantung dapat menyebabkan serangan jantung dan kalau terjadi pada pembuluh darah otak dapat terjadi stroke. LDL dijuluki kolesterol jahat (bad cholesterol).

HDL
HDL dijuluki kolesterol baik (good cholesterol) karena membersihkan kelebihan kolesterol dan mengangkutnya ke hati untuk “dibuang” melalui empedu. Penurunan 5 mg/dl HDL saja sudah dapat memperbesar resiko untuk mendapat penyakit kardiovaskuler. Anjuran Family Heart Association adalah: “tingkatkan HDL dan turunkan LDL”.

Penelitian membuktikan bahwa sukrosa terutama fruktosa meningkatkan kadar trigliserida darah dan menurunkan kadar HDL darah sehingga meningkatkan terjadinya penyakit kardiovaskuler (MB Katan, 1997; EJ Parks dan MK Hellerstein,2000).
Albrink dan Ullrich (1986) dengan penelitiannya pada laki-laki muda berkadar lemak normal dengan diet rendah lemak (15 % dari energi total) dan tinggi karbohidrat ( 70 % dari jumlah enegi ) berupa tepung tanpa sukrosa dapat menurunkan kadar trigliserida akibat diet makanan berlemak tinggi (40 % jumlah energi).

Dari penelitian diatas terbukti bahwa diet yang mengandung sukrosa terutama fruktosa dapat menaikan kadar trigliserida darah secara konsisten sesuai dengan jumlah sukrosa dalam diet meskipun dengan diet rendah lemak. Oleh karena itu the American Heart Association tahun 2000 menganjurkan pembatasan pemakaian sukrosa dan menggantikannya dengan tepung (starch), di tahun 2002 menambahkan alasan untuk membatasi sukrosa karena sukrosa secara konsisten menunjukan akibat buruk (adverse effects) yaitu peningkatan kadar trigliserida darah dan penurunan HDL. PJ Havel, SS Elliott dan JS Stern (2003) menyatakan bahwa seperti halnya lemak, fruktosa tidak merangsang produksi insulin sehingga menyebabkan penurunan produksi leptin serta tidak menekan hormon ghrelin dari lambung. Dalam jangka panjang, fruktosa selain menyebabkan penyakit kardiovaskuler, dapat mengakibatkan kenaikan berat badan sampai obesitas dan penyakit diabetes tipe 2.

Untuk membakar glukosa sampai habis menjadi tenaga dibutuhkan 30 reaksi kimia. Pada 1/3 bagian terakhir reaksi tersebut, berbagai sumber energi yang berasal dari penguraian karbohidrat, protein dan lemak dapat masuk dalam siklus pembakaran glukosa atau dibangun kembali menjadi glukosa, asam amino dan lemak untuk disimpan kembali, menjadi glikogen, protein dan lemak. Reaksi kimia pada siklus ini membutuhkan enzim yang tergantung pada vitamin-vitamin terutama golongan vitamin B. Jadi kebutuhan vitamin-vitamin ini akan meningkat seiring dengan meningkatnya metabolisme karbohidrat terutama gula (Khususnya fruktosa yang dapat menempuh jalan pintas menjadi gliserol 3 fosfat). Penambahan kebutuhan vitamin ini tidak dapat dicukupi jika penambahan konsumsi makanan dan minuman bergula tidak dihentikan. Jaringan yang paling rentan terhadap kekurangan vitamin terutama vitamin B adalah sumsum tulang sebagai pusat pembentukan sel darah sehingga terjadi gangguan pembentukan sel darah baru. Vitamin B2, B3 (Niacin), B12 dan asam folat berperan dalam pembentukan DNA (pembentukan sel baru), vitamin B6 berperan dalam pembentukan hemoglobin darah merah. Jadi kekurangan vitamin ini dapat secara langsung mengganggu pembentukan sel darah putih baru sehingga sangat mengurangi daya tahan tubuh pada umumnya dan pembentukan kekebalan tubuh pada khususnya. Selain itu pembentukan trombosit juga terganggu. Kekurangan asam folat dan vitamin B6 juga menyebabkan penumpukan homocystein sehingga dapat menyebabkan pikun dan kerusakan otak. Secara keseluruhan, diet jantung sehat sama dengan diet otak sehat.

Sementara masyarakat Amerika mulai menyadari akibat buruk dari konsumsi sukrosa terutama fruktosa, kita di Indonesia justru mulai meniru pola makan mereka. Mulai dari softdrink bermerk sampai bubuk-bubuk beracun dalam sachet. Belum lagi permen dan biskuit yang sudah dilapisi sukrosa, dilapisi coklat pula yang sangat tinggi kadar fruktosa-nya dan merusak gigi.

Banyak produk mengandung fruktosa seperti gula dan sirup dari jagung dipromosikan untuk mengatasi masalah kegemukan dengan dalih rendah kalori, tetapi sebaliknya dalam jangka panjang menyebabkan obesitas. Belum lagi berbagai juice yang diimport atau hanya mengandung zat kimia (esens) yang karena ditambah vitamin C, dipromosikan seolah-olah sama dengan jeruk.

Menghindari gula tidak akan menyebabkan gula dalam tubuh berkurang karena mulai dari karbohidrat, lemak, protein dan buah-buahan dapat diubah menjadi glukosa. Manisnya gula hanya sesaat, sedangkan pahitnya penderitaan dari penyakit yang diakibatkan oleh gula ditanggung seumur hidup.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar